Suasana pembuatan unit mobil di Pabrik Vinfast.(Dokumentasi pribadi)
Bolatimes.com - Di tengah sengitnya persaingan harga di industri mobil listrik global, VinFast mengambil langkah berbeda. Alih-alih ikut terjebak dalam perlombaan diskon besar-besaran, perusahaan asal Vietnam ini fokus membangun fondasi kepercayaan terhadap kendaraan listrik sebagai masa depan mobilitas yang berkelanjutan.
Bagi VinFast, strategi ini bukan hanya soal menjual kendaraan, melainkan menumbuhkan keyakinan bahwa mobil listrik dapat diakses, diandalkan, dan menjadi bagian alami dari gaya hidup masyarakat modern. Saat produsen lain sibuk menurunkan harga untuk mengejar penjualan, VinFast justru mengajukan pertanyaan mendasar: Apakah harga murah saja cukup untuk mengubah kebiasaan konsumen? Jawabannya: tidak.
Karena itu, VinFast memperkenalkan skema kepemilikan inovatif dengan memisahkan harga baterai dari harga mobil. Melalui sistem berlangganan, pembeli bisa memiliki mobil listrik dengan harga awal yang jauh lebih terjangkau, tanpa perlu menanggung biaya baterai—komponen paling mahal dalam kendaraan listrik.
Biaya langganan baterai ditetapkan mulai dari sekitar Rp253 ribu hingga Rp1 juta per bulan, tergantung model. Semua risiko teknis, seperti perawatan dan penggantian baterai, sepenuhnya ditanggung oleh VinFast. Pendekatan ini menjadi solusi atas kekhawatiran utama calon pengguna mobil listrik: daya tahan dan biaya perawatan baterai. Tak hanya itu, VinFast memberikan garansi seumur hidup untuk baterai, di mana penggantian dilakukan tanpa biaya bila kapasitasnya turun di bawah 70 persen.
Strategi Finansial yang Mengubah Peta Industri Otomotif
Langkah ini menandai perubahan arah dalam strategi bisnis otomotif global. Dengan menurunkan harga awal kendaraan, VinFast membuka peluang yang lebih luas bagi masyarakat kelas menengah untuk beralih ke mobil listrik tanpa beban finansial besar di awal.
Harga yang lebih rendah otomatis menekan cicilan dan bunga pinjaman. Di Indonesia, di mana sebagian besar pembelian kendaraan dilakukan melalui kredit, strategi seperti ini dapat mempercepat pertumbuhan pasar mobil listrik.
Sebagai contoh, model VF 3 dibanderol sekitar Rp156 juta dengan sistem langganan baterai, sementara VF e34 menawarkan penghematan hingga Rp112 juta dibandingkan versi dengan baterai penuh. Dengan pendekatan semacam ini, transisi menuju energi bersih tak lagi sekadar wacana ambisius, tetapi menjadi pilihan realistis dan ekonomis bagi masyarakat luas.
Menumbuhkan Kepercayaan, Bukan Sekadar Menjual
VinFast memahami bahwa hambatan terbesar adopsi mobil listrik tidak hanya soal harga, melainkan kepercayaan konsumen. Karena itu, mereka memperkuat kebijakan baterainya dengan tiga jaminan utama: garansi kendaraan 10 tahun, jaminan nilai jual kembali, dan akses pengisian daya gratis di jaringan V-GREEN.
Pendekatan ini menegaskan filosofi bisnis VinFast bahwa konsumen bukan sekadar pembeli, melainkan mitra dalam perjalanan menuju masa depan energi bersih.
“Memisahkan biaya baterai dari harga kendaraan adalah langkah yang sangat strategis,” ujar Michael Vousden, analis otomotif di GlobalData. “Karena baterai adalah komponen paling mahal, kebijakan ini membuat mobil listrik lebih mudah dijangkau tanpa mengorbankan kualitas—sekaligus menumbuhkan kepercayaan publik terhadap teknologi baru ini.”
Menuju Masa Depan Mobilitas yang Lebih Hijau dan Tenang
Di tengah kompetisi global yang kian ketat, VinFast memilih fokus pada keberlanjutan ketimbang euforia pasar jangka pendek. Strategi ini menunjukkan bahwa keberhasilan transisi energi tidak hanya bergantung pada teknologi mutakhir, tetapi juga pada pendekatan sosial dan finansial yang inklusif.
Untuk mendorong jutaan orang beralih ke kendaraan listrik, bukan hanya produknya yang harus berubah, tetapi juga cara berpikir industri, kebijakan publik, dan perilaku konsumen yang menopangnya. Dengan strategi yang menyentuh ketiganya, VinFast tidak hanya menjual mobil listrik—mereka tengah membangun ekosistem mobilitas masa depan yang lebih tenang, bersih, dan terjangkau bagi semua.