Senin, 16 Juni 2025

Cegah Stunting

Menuju Indonesia Emas 2045: Gizi Ibu dan Anak Jadi Fondasi Cegah Stunting

Meski angka stunting nasional menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir, prevalensinya masih berada di atas ambang batas aman.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
ist
SEMINAR KESEHATAN - Narasumber seminar Hybrid bertajuk “Peran Makro & Mikro Nutrient Dalam Mencegah Stunting Pada 1.000 HPK Untuk Menuju Indonesia Emas 2045 di Bandung, Sabtu (14/6/2025).  Pakar gizi, Dr. Bdn. Yanti Herawati, S.ST., M.Keb, menekankan bahwa pemenuhan kebutuhan nutrisi—baik makro (karbohidrat, protein, lemak) maupun mikro seperti DHA, asam folat, vitamin, dan mineral harus dimulai sejak masa kehamilan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam pembangunan kesehatan, salah satunya adalah stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis yang berlangsung dalam waktu lama.

Masalah ini berdampak bukan hanya pada tinggi badan anak, tetapi juga pada perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa dewasa.

Meski angka stunting nasional menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir, prevalensinya masih berada di atas ambang batas aman yang ditetapkan WHO, yaitu di bawah 20 persen.

Kondisi ini menjadi perhatian menjelang Indonesia Emas 2045, ketika Indonesia diproyeksikan mencapai puncak bonus demografi.

Untuk itu, investasi pada kesehatan dan gizi ibu sejak masa kehamilan serta anak dinilai sangat krusial.

Pakar gizi, Dr. Bdn. Yanti Herawati, S.ST., M.Keb, menekankan bahwa pemenuhan kebutuhan nutrisi—baik makro (karbohidrat, protein, lemak) maupun mikro seperti DHA, asam folat, vitamin, dan mineral harus dimulai sejak masa kehamilan.

“Masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sangat menentukan tumbuh kembang anak. Pemenuhan DHA dan asam folat sejak kehamilan penting untuk mencegah stunting dan mendukung perkembangan otak,” ujar Yanti dalam seminar Hybrid bertajuk “Peran Makro & Mikro Nutrient Dalam Mencegah Stunting Pada 1.000 HPK Untuk Menuju Indonesia Emas 2045 di Bandung, Sabtu (14/6/2025).

Dikatakannya, periode 1.000 HPK, yang mencakup 270 hari masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan anak, merupakan masa krusial pembentukan otak dan sistem imun.

Yanti juga menekankan pentingnya edukasi kepada ibu hamil serta penguatan peran tenaga kesehatan seperti bidan, yang berada di garis depan pelayanan ibu dan anak.

Dalam kesempatan yang sama, dr. Keven Tali, SpOG, menyampaikan bahwa nutrisi seperti DHA dan asam folat berperan penting dalam pembentukan sistem saraf janin dan mencegah risiko cacat tabung saraf (neural tube defect).

“Masih banyak ibu hamil yang belum mencukupi asupan DHA dan asam folat, baik dari makanan sehari-hari maupun tambahan dari suplemen,” jelasnya.

Untuk mengisi celah kebutuhan ini, beberapa produk suplemen nutrisi ibu hamil mulai dikembangkan dengan formulasi yang sesuai kebutuhan lokal, salah satunya seperti Inlacta Gold DHA, yang mengandung DHA dari alga, asam folat, vitamin D3, dan kalsium.

Seminar ini menjadi bagian dari upaya kolaboratif lintas sektor—dari tenaga medis, industri kesehatan, hingga komunitas profesional—dalam memperkuat edukasi dan intervensi gizi ibu dan anak.

Baca juga: Program Percepatan Penurunan Stunting di Bogor, Kini Diperluas ke Kupang dan Sumba Barat Daya

Upaya ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan generasi sehat, cerdas, dan produktif, yang akan menjadi tulang punggung pencapaian Indonesia Emas 2045.

Berita Terkait
  • AA

    Berita Terkini