Mewarisi Semangat RM Margono, Koperasi Merah Putih Jadi Ikhtiar Ekonomi Kerakyatan
Lebih dari sekadar program, Koperasi Merah Putih diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang berbasis pada kekuatan masyarakat
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Tanah kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman ternyata juga menumbuhkan sosok besar lain dalam bidang ekonomi, yakni Raden Mas Margono Djojohadikusumo.
Ia bukan sekadar nama dalam buku sejarah, tetapi peletak dasar penting dalam kemandirian ekonomi Indonesia.
RM Margono, yang tak lain adalah kakek dari Presiden Prabowo Subianto, adalah pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 1946.
Di masa awal kemerdekaan, BNI memegang peran penting sebagai bank sentral sementara yang mencetak dan mengedarkan mata uang pertama Republik Indonesia, Oeang Republik Indonesia (ORI).
Ini adalah tonggak penting dalam membangun ekonomi yang benar-benar berdiri di atas kaki sendiri, bukan bayang-bayang kolonial.
Tak hanya itu, Margono juga dikenal sebagai pelopor koperasi di Indonesia.
Perhatiannya terhadap ekonomi kerakyatan membuatnya disejajarkan dengan Mohammad Hatta, Bapak Koperasi Indonesia.
Pandangannya yang tajam soal pentingnya solidaritas ekonomi rakyat menjadi warisan pemikiran yang relevan hingga hari ini.
Warisan semangat itu kini kembali digaungkan lewat inisiatif Koperasi Desa Merah Putih.
Presiden Prabowo, yang membawa darah perjuangan Margono dalam dirinya, mendorong pembentukan koperasi-koperasi ini sebagai upaya memperkuat ekonomi rakyat hingga ke level desa.
Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, menyebut Banyumas sebagai tempat yang sarat makna.
Baca juga: Wamenkop Sebut Pemerintah Percepat Pembentukan Lokasi Percontohan Koperasi Merah Putih
“Banyumas bukan hanya melahirkan pejuang kemerdekaan, tapi juga tokoh ekonomi kerakyatan. Semangat RM Margono kini dihidupkan kembali oleh Presiden Prabowo lewat program Koperasi Desa Merah Putih,” ucapnya.
Lebih dari sekadar program, Koperasi Merah Putih diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang berbasis pada kekuatan masyarakat.
Bukan proyek instan, melainkan gerakan jangka panjang yang mendorong desa-desa menjadi mandiri secara ekonomi, hingga akhirnya mendukung kedaulatan bangsa secara menyeluruh.
Di tengah arus globalisasi dan dominasi ekonomi pasar besar, langkah ini menjadi napas segar.
Sebuah ikhtiar untuk kembali menoleh pada kekuatan akar rumput, dan menyusun ulang peta ekonomi dari desa ke pusat, bukan sebaliknya.
RM Margono mungkin telah tiada, tetapi semangatnya tidak pernah benar-benar pergi.
Kini, lewat tangan cucunya dan dukungan dari berbagai pihak, gagasan ekonomi kerakyatan yang pernah ia perjuangkan perlahan mendapat tempat kembali dalam arah kebijakan nasional.
(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.